OPTIMALISASI MODAL YANG SUDAH ADA
Oleh: Dr. H. Suhardi, M.Ag
(Kasi Penmad Kemenag Tangsel)
Tidak sedikit kepala madrasah mengeluhkan keterbatasan yang dimiliki, terutama madrasah swasta. Padahal sebelum madrasah itu didirikan mereka juga sudah mengerti bahwa nantinya akan menghadapi banyak masalah. Oleh karena itu, sikap yang seharusnya diambil sebaiknya bukan mengeluh karena mengeluh tidak akan membantu mengubah keadaan. Yang harus dikembangkan adalah fokus kepada solusi.
Yang patut disyukuri adalah bahwa betapapun madrasah swasta banyak dihadapkan pada keterbatasan, seperti keterbatasan sarpras, pendanaan, SDM, dan lain-lain, tetapi sesungguhnya kita diberikan modal oleh Allah yang tidak terbatas, yaitu: akal pikiran kita. Hanya saja potensinya yang dahsyat itu kadangkala dibatasi oleh perilaku kita yang tidak tepat, salah satunya adalah mengeluh.
Salah satu cara untuk membebaskan pikiran kita dari sikap mengeluh dan sebaliknya mengarahkan akal pikiran kita untuk mengembangkan pola pikir dan bertindak kreatif dari dalam (inside the box). Maksudnya adalah mengembangkan ide-ide atau program-program kreatif dengan mengolah dan mengoptimalkan apa yang sudah ada.
Mengapa pola berpikir ini perlu dikembangkan? Pertama, sesungguhnya yang sudah ada di madrasah kita menyimpan banyak potensi atau manfaat, hanya saja kita belum bersungguh-sungguh menemukan dan mengembangkannya. Contoh, ruang kelas selama ini hanya kita fungsikan sebagai ruang belajar. Padahal bisa menjadi ruang ekonomi, ruang budaya, ruang agama, dsb.
Kedua, ada ungkapan bahwa di balik keterbatasan itu ada kekuatan (the power of limited), atau dalam Bahasa plesetannnya the power of kepepet. Hal ini juga sejalan dengan pesan al-Qur’an yang memgajarkan bahwa di setiap kesulitan terkandung kemudahan atau solusi.
Pertanyaannya adalah bagaimana cara mengembangkan pola berpikir kreatif dari dalam (inside the box). Berikut adalah 5 caranya yang diadaptasi dari Drew Boys dan Jacob Glodenberg dalam bukunya Inside the Box.
Pertama, pengurangan. Dalam dunia industri adanya temuan DVD sebagai bentuk simpel dari VSR yang terlalu rumit dengan berbagai komponenny adalah contoh dari cara pengurangan. Dalam mengelola madrasah kita bisa melakukan pengurangan atau penyederhanaan pada hal-hal yang terlalu banyak mengandung komponen. Misalnya untuk menciptakan anak-anak agar berpikir kreatif, maka alih-alih melakukan penghematan, kita bisa mendesain ruang kelas tanpa meja dan kursi. Tujuannya adalah agar guru dan siswa bisa menemukan cara-cara yang kreatif bagaimana melaksanakan pembelajaran tanpa meja dan kursi.
Kedua, pemisahan. Sebelum ditemukannya remote, alat untuk menghidupkan dan mematikan TV menempel di TV. Karena dianggap kurang praktis, maka ditemukanlah teknologi remote yang fungsinya menghidupkan dan mematikan TV tetapi terpisah dari TV. Dalam konteks madrasah cara ini bisa diterapkan untuk memisahkan belajar dengan ruangan. Artinya belajar tidak identik dengan ruang kelas, tetapi juga menggunakan ruang maya melalui media online. Ini artinya kita memisahkan ruang kelas fisik dengan proses pembelajaran.
Ketiga, penggandaan. Roda ukuran kecil yang ditempelkan dengan roda berukuran besar pada sepeda anak-anak adalah contoh dari cara ini. Roda ukuran kecil sengaja ditempel disamping roda besar, dengan maksudkan agar tidak terjatuh saat berlatih bersepeda. Tetapi kalau sudah lancar, roda ukuran kecilnya itu bisa ditiadakan. dalam konteks pembelajaran rengan adanya teknologi video youtube, guru bisa menggandakan materinya dalam bentuk rekaman video youtube dan kemudian menguploadnya di cloud. Dengan video ini guru tidak perlu lagi menjelaskan materi yang sama secara berulang-ulang. Anak-anak bisa mempelajarinya sendiri di manapun dan kapanpun. Tetapi anak-anak bisa menakannya kepada guru jika ada hal-hal yang belum dipahami.
Keempat, penyatuan tugas. Kita pasti pernah melihat adanya alat kursi mobil yang sekaligus juga berfungsi sebagai alat pijat refleksi. Ini adalah contoh dari cara penyatuan, yaitu menyatukan fungsi kursi dan fungsi pijit refleksi. Di madrasah cukup banyak benda atau hal-hal yang bisa kita satukan sehingga bisa melakukan penghematan. Contohnya adalah gadget atau gawai.
Alat yang hampir semua orang punya ini, bisa kita tempeli dengan berbagai macam fungsi, misalnya: sebagai sumber belajar, sebagai alat transaksi pembelayaran, sebagai alat untuk menampilkan karya-karya siswa, dan sebagainya. Jika ini dioptimalkan, maka akan banyak memangkas biaya, ruang, dan tenaga.
Kelima, ketergantungan. Sekarang ada AC yang pengaturan suhunya tidak lagi dengan cara-cara manual, melainkan sudah menyetel secara otomatis. Dalam konteks madrasah kita juga melakukan situasi ketergantungan atau perubahan otomatis. Misalnya dalam hal pengolahan nilai. Dengan menggunalan aplikasi yang realtime kita bisa memasukkan nilai harian siswa setiap saat. Selanjutnya nilai-nilai tersebut pada akhirnya akan mengeluarkan nilai akhir secara otomatis. Jadi guru tidak perlu mengolah nilai, karena sudah dikelola secara otomatis oleh sistem aplikasi.
Demikian semoga bermanfaat. Salam berkreasi.
Jabal hajar, 24 Desember 2021