MENJADI PEMIMPIN YANG BERMAKNA
Oleh: Dr. H.Suhardi, M.Ag
(Kasi Penmad Kemenag Tangsel)
Salah satu pemahaman yang penting dalam dunai kepemimpinan adalah bahwa kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk mengajak orang lain mengerjakan hal-hal yang bermakna untuk mencapai kehidupan yang juga bermakna. Oleh karena itu seorang pemimpin harus menentukan mimpi yang bermakna setidak bagi orang-orang yang dipimpinnya. Sebaliknya, jika pemimpin tidak mampu menentukan mimpi yang bermakna bisa dipastikan akan sulit menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya untuk berusaha mencapainya.
Pertanyaannya adalah apakah yang dimaksud dengan mimpi yang bermakna? Mimpi yang bermakna adalah mimpi yang memenuhi kriteria N-SMARET-P, yaitu needed atau diperlukan, spesific atau jelas, measurable atau terukur, achievebale atau dapat diraih atau diwujudkan, realistic atau berhubungan dengan kehidupan komunitas yang akan mewujudkannya, emotional atau menggairahkan, dan time table yakni memiliki target waktu untuk direalisasikan, dan proud atau membanggakan yaitu menjadikan bangga bagi komunitas yang mewujudkannya.
Selanjutnya setelah seorang pemimpin bersama-sama dengan orang dipimpinnnya memiliki mimpi yang bermakna, menurut Jhon Maxwell ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, menciptakan momentum, yaitu suatu peristiwa tertentu yang menjadi alasan yang kuat seorang pemimpin dan orang-orang yang dimpimpinnya untuk melakukan sesuatu. Momentum itu harus bermakna. Ukurannya adalah N-SMARET-P seperti dijelaskan di atas. Jangan membuat momentum yang hanya bermakna bagi pemenuhan ambisi orang-orang tertentu saja. Makna momentum itu harus dirasakan oleh seluruh anggota komunitas. Oleh karena itu, jenis momentumnya harus dimusyawarahkan bersama.
Kedua, memiliki keyakinan. Jika seorang pemimpin sudah menentukan momentumnya, maka ia harus yakni bisa diwujudkan. Keyakinan seorang pemimpin sifatnya menular. Kalau pemimpinnya yakin bahwa mimpi itu akan bisa diwujudkan, maka orang-orang yang dipimpinnya juga akan meyakini bisa mewujudkannya. Demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus yakin dengan mimpi-mimpinya organisasinya. Untuk mendapatkan keyakinan yang kuat, seorang pemimpin bisa melakukukannya dengan cara dengan memperkuat keyakinannya kepada Allah yang diperoleh dengan berdoa secara terus-meneurs. Inilah yang disebut dengan selftalk.
Ketiga, mengajak. Untuk bisa mencapai mimpi yang sudah ditetapkan bersama-sama, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengajak orang lain bergabung. Karena Lembaga pendidikan adalah Lembaga formal, maka harus ada orang-orang tertentu yang bisa diajak menjadi tim inti, yakni dalam bentuk panitia. Kemampuan Anda untuk mengajak orang lain ini akan sangat menentukan kapasitas kepemimpinan Anda. Jika Anda mampu mengajak orang lain mengikuti Anda, maka Anda pemimpin yang baik. Tetapi jika Anda mampu mengajak orang lain mewujudkan mimpi Anda, maka Anda adalah pemimpin yang luar biasa.
Keempat, memberikan kepercayaan. Kepercayaan adalah fondasi dalam membangun kepemimpinan. Oleh karena itu seorang pemimpin harus harus mampu membangun kepercayaan kepada orang-orang yang dihadirkan oleh Allah kepadanya dalam menangani momentum atau program yang dikembangkan sebagai panitia atau tim. Tanda dari kepercayaan adalah dalam bentuk memberikan tugas dan wewenang serta mendukung program dan kegiatan yang dilakukan panitia atau tim. Selain itu, juga mendampingi dan dengan senang hati membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.
Kelima, mengembangkan siikap baik. Setelah orang-orang menerima ajakan pimpinan dan kemudian mau bergabung, maka salah satu faktor yang cukup dominan untuk memastikan agar mereka tetap bergabung dan mendukung dalam pencapaian impian yang hendak diwujudkan seorang pimpina adalah sikap. Pastikan Anda sebagai pemimpin mampu bersikap baik dalam kondisi apapun. Jangan hanya baik saat kondisi baik dan buruk saat kondisi buruk. Jika ini bisa dilakukan, niscaya orang-orang yang dimpin akan loyal dan siap bekerja optimal untuk mewujudkan mimpi yang sudah disepakati.
Keenam, mengusahakan kemungkinan. Kemungkinan untuk mewujudkan mimpi bersama akan terjadi dengan memahami hukum pertukaran. Hukum pertukaran berbunyi, kita akan mendapatkan sesuatu sepadan dengan apa yang kita pertukaran. Dalam konteks jual beli, kita akan mendapatkan barang sesuatu dengan jumlah urang yang kita keluarkan. Keberhasilan akan kita dapatkan sesuai dengan waktu yang kita tukarkan, dengan tenaga yang kita tukarkan, dan dengan pemikiran yang kita tukarkan. Semakin banyak atau semakin fokus waktu, tenaga, dan pikiran yang kita tukarkan, maka akan semakin besar keberhasilan yang didapatkan. Pertukaran juga bisa dalam bentuk lain misalnya: kejelasan regulasi dengan keteraturan, kemudahan sistem dengan efektivitas kerja, motivasi dengan kinerja, dan sebagainya.
Insy Allah dengan mengembangkan hal-hal di atas, seorang pemimpin akan menjadi pemimpin yang bermakna bagi diri dan organisasi yang dimpinnnya.
Wallahu a’lam bishawab
Jabal Hajar, 26 Desember 2021