SERPONG (Kemenag Tangsel) – Dalam rangka strategi deteksi dini pencegahan Intoleransi, Radikalisme, Ekstrimisme, dan Terorisme (IRET) di lingkungan sekolah, Kemenag Tangsel bekerjasama dengan Direktorat Pencegahan Densus 88 Anti Teror Polri mengadakan Sosialisasi Kebangsaan, Senin (29/04/2024) bertempat di MAN Insan Cendikia Serpong.
Kegiatan dihadiri oleh Kepala Kantor Kemenag Tangsel, Dedi Mahfudin, Kasi Penmad, Ade Sihabudin, Kasubdit Kontra Narasi Dit. Pencegahan Densus 88 AT, AKBP Moh. Dofir, Akademisi Peneliti Paham IRET, Yuminah, dan diikuti oleh Kepala dan guru RA, MI, MTs, MA, negeri/swasta.
Dalam sambutannya, Kepala Kantor menyampaikan bahwa guru memiliki peran penting dalam melakukan deteksi dini terhadap penyebaran paham radikalisme di Madrasah.
“Lewat kegiatan ini diharapkan para guru menjadi agen pencegahan IRET dan pencegahan penyebaran paham radikalisme di lingkungan madrasah,” ujarnya.
Menurutnya, ropaganda terhadap paham radikalisme tidak lagi memiliki target spesifik terhadap suatu suku atau agama tertentu, tetapi saat ini kalangan intelektual dan ranah pendidikan sudah terjangkiti.
“Saat ini siapapun bisa terlibat, keterlibatan ataupun perekrutan anggota tidak ditunjukkan secara spesifik lagi terhadap suatu suku atau pun penganut agama tertentu, tetapi sudah saat ini sampai ke kalangan intelektual dan lingkungan pendidikan,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Kasubdit Kontra Narasi Dit. Pencegahan Densus 88 AT, AKBP Moh. Dofir, yang mengatakan paham radikalisme, intoleransi, dan terorisme tidak hanya menjangkiti kalangan dewasa atau organisasi garis keras saja, tetapi juga telah menyusup ke dunia pendidikan khususnya sekolah dan perguruan tinggi.
“Oleh karena itu, sebuah institusi pendidikan diharapkan menjadi tempat yang netral dan bebas dari pemahaman-pemahaman yang cenderung ekstrim, jangan sampai terpapar ideologi-ideologi sesat yang dapat berakibat fatal bagi stabilitas dan keamanan negara,” tegasnya.
Dijelaskannya, kegiatan ini merupakan salah satu edukasi pada masyarakat dalam rangka penanganan aksi teror yang humanis. Karena berdasarkan penelitian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sekolah menjadi salah satu tempat yang rentan terhadap penyebaran paham radikalisme.
“Siswa di madrasah berada pada tahap perkembangan, sehingga mudah terpengaruh oleh berbagai informasi,” ungkapnya.
Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh Yuminah, selaku Akademisi Peneliti Paham IRET, yang mengatakan perlu adanya dukungan dari kerjasama serta sinergitas dengan berbagai elemen termasuk dengan sekolah dan madrasah dalam upaya menanggulangi ancaman radikalisme, intoleransi, dan terorisme.
“Sinergitas ini diharapkan dapat menumbuhkan daya tangkal, daya cegah, daya penanggulangan serta rehabilitasi terhadap segala gangguan kamtibmas,” harapnya.
Lebih lanjut dijelaskan, penyebaran paham IRET mengikuti perkembangan Zaman, sehingga guru harus menjadi agen pencerah bagi siswa dan memberikan edukasi tentang bahaya paham radikalisme.
“Guru sangat berperan penting untuk menangkal paham radikal dan harus mengetahui pola penyebarannya,” pungkasnya. (#af_m)