Setelah pelaksanaan wukuf di Arafah hingga terbenamnya matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah, seluruh jemaah haji mulai bergerak menuju Muzdalifah untuk Mabit hingga tengah malam.
Di Muzdalifah jemaah haji mengambil batu kerikil untuk melontar jumrah saat Mabit di Mina. Petugas TPIHI Kloter 25 JKG, Khaerudin, menjelaskan batu kerikil tersebut sekarang sudah disediakan oleh pihak Maktab.
“Batu kerikil sudah disiapkan oleh Maktab dalam bentuk kemasan plastik sebanyak 70 butir dengan perincian tertulis dalam kemasan 7, 21, 21, 21, yaitu sejumlah batu yang akan digunakan untuk melontar jumrah hingga Nafar Tsani,” terangnya.
Lewat tengah malam 10 Dzulhijjah pukul 24.00 WAS, jemaah haji mulai diberangkatkan dari Muzdalifah menuju Mina dan langsung melakukan lontar Jumrah Aqabah.
“Alhamdulillah, pukul 02.30 WAS, Kloter 25 JKG langsung menuju jamarat untuk melontar jumroh Aqabah,” ujar Khaerudin.
Untuk ke Jamarat, tambahnya, jemaah haji melewati terowongan Mina yang saat ini sudah sangat luas dan satu arah.
“Jarak dari tenda ke Jamarat cukup jauh. Ada jemaah yang mengukur pakai aplikasi, berangkat sejauh 3,3 km, dan baliknya 2,7 km. Jadi berangkat dan balik sejauh 6 km. Semoga jemaah haji kuat melakukannya hingga 2-3 hari ke depan,” tuturnya.
Jemaah haji Mabit di Mina ada yang hingga tanggal 12 Dzulhijjah dinamakan Nafar Awal, dan ada yang hingga tanggal 13 Dzulhijjah dinamakan Nafar Tsani.
“Sebagian besar jemaah haji, khususnya Indonesia, mengambil Nafar Awal. Bagi yang mengambil Nafar Tsani, tetap ada petugas yang melayani, baik akomodasi maupun konsumsinya,” pungkas Khaerudin. (#af_m)