Pontren Al-Ashriyyah Nurul Iman Model Pontren Mandiri Ekonomi
Oleh: H. M. Edi Suharsongko, M.Pd
(Kasi Pakis Kemenag Tangsel)
Seksi Pakis Kemenag Kota Tangsel pada tanggal 29 November 2021 melakukan studi banding ke Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor. Studi banding bertujuan menggali dan mendalami ilmu ekonomi produktif yang ada di Pontren tersebut untuk kemudian akan ditularkan di Pontren wilayah Tangsel.
Peserta studi banding terdiri dari 10 orang yaitu Muhammad Edi Suharsongko sebagai pemimpin rombongan, Asep Aziz Nasser, Hapid, Abdul Syukur, Minhuda, Elby, Kosim, Irfan, Hijrah, dan Joko.
Perjalanan menuju ke Pontren dimulai pukul 12.30 WIB, setibanya di lokasi disambut langsung oleh ustadz Muhti salah seorang pembimbing santri sekaligus humas di Pontren tersebut. Beliau mempersilakan masuk ke tempat yang telah di sediakan. Beberapa saat kemudian rombongan langsung di ajak ke lokasi unit produksi.
Al-Ashriyyah Nurul Iman merupakan salah satu pondok pesantren di Indonesia yang mengembangkan kemandirian wirausaha dalam memajukan perekonomian. Memiliki 15.000 santri mulai dari level Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi Agama Islam tentunya memerlukan pengelolaan yang tidak mudah. Dibutuhkan tenaga, pikiran, materi, dan keuangan yang benar-benar profesional.
Pontren yang terletak di Parung Bogor ini memiliki 59 unit usaha dengan produk yang berbeda. Unit usaha itu antara lain peternakan sapi dan kambing, perikanan pengolahan sampah daur ulang, air mineral, perkebunan kopi, jagung, dan lainnya. Pontren membebaskan para santri dari biaya apapun.
Semua unit usaha ini dikerjakan oleh para santri, sehingga semuanya dari santri, oleh santri dan untuk santri. Para santri dididik, digembleng secara fisik dan mental agar kelak menjadi pribadi yang mandiri dan handal ketika terjun di masyarakat, baik secara keilmuan maupun secara materiil.
Memorandum of Understanding (MoU) dibuat sebelum calon santri masuk di Pontren ini. Di antara kesepakatan tertulis tersebut adalah para santri wajib menyelesakan pendidikan di Pontren Nurul Iman hingga sarjana S1, dan sebelum diwisuda ada kewajiban pengabdian selama 2 tahun bagi setiap santri yang telah lulus dari S1.
Selesai survei lapangan rombongan kembali ke ruang dialog dan langsung disambut oleh Umi Waidah istri dari almarhum Habib Assegaff Al-Mahdi pemilik sekaligus pengasuh Pontren.
Beliau mengatakan bahwa Pontren ini harus tetap eksis sepeninggal almarhum.
“Saya harus berpikir dan bekerja keras untuk membantu para santri dan mengembangkan Pontren ini, karena berbeda dengan habib yang cukup dengan doa Pontren ini bisa berkembang, “beliau (habib) orang sakti,” tuturnya.
Pontren Nurul Iman, lanjutnya, berkembang secara ekonomi mandiri sejak 2010. Kami menciptakan beberapa unit produksi untuk menopang ekonomi. Kami harus menyediakan makan para santri yang dalam sehari menghabiskan 7 ton beras untuk 15.000 orang santri.
Kepala Seksi Pakis Kemenag Tangsel, Muhammad Edi Suharsongko mengatakan “Ini pesantren yang sangat luar biasa dan akan menjadi inspirasi bagi pesantren lain.”
Ucapan terima kasih atas diterimanya rombongan dan oleh-oleh berupa pengetahuan dan keterampilan dari Pontren ini, semoga bermanfaat sebagai bekal untuk diwujudkan di Pontren lain di wilayah Tangsel. []